Seni Bernegosiasi

Mendapatkan inspirasi setelah bernegosiasi dengan putri saya Salwa. Salwa termasuk anak yang “agak susah”(menurut bahasa orang tua) kalau sudah berbicara tentang keinginannya. Dia baru bisa diam dan menurut jika saya atau ibunya menuruti semua keinginannya. Disinilah seninya dan disinilah inspirasinya bagi saya, saya memposisikan Salwa, putri saya sebagai konsumen saya. Jika anak anda “rewel” (sekali lagi dalam bahasa orang tua), dan anda mampu menanganinya, maka anda berpotensi menjadi seorang marketer yang handal.

Bernegosiasi dengan Salwa, saya harus tahu keinginan dasarnya, saya harus tahu mana yang bisa saya replace sesuai dengan kemampuan. Kami harus membicarakannya bahkan berulang ulang agar dapat menyepakati sesuatu. Apa, kapan, bagaimana dan dimana poin-poin kesepakatan kami terkadang memerlukan waktu yang lebih sedikit atau sebaliknya.

Saya tidak akan merasa menang atau senang jika Salwa tidak senang, istilah dalam bisnis Produsen dan konsumen harus sama-sama win. Kalau kita sudah merasa menang, sedang konsumen tidak, saya yakin konsumen tidak akan balik ke kita. Demikian pula anak, anak-anak kita yang lebih senang bermain atau bergaul dengan teman-temannya, sebenarnya karena tidak nyaman bermain dengan kita (orang tuanya). Itu bukan kemenangan. Di bisnis, teman-teman anak kita adalah competitor, mereka tampaknya lebih mampu memberikan sesuatu (produk) yang diinginkan konsumen (anak kita).

Kita tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan anak kita, demikian pula konsumen. Namun kita bisa memberi yang terbaik yang ada pada kita dan komunikasikan ! Konsumen atau anak kita harus tahu bahwa hal tersebut merupakan produk dan layanan terbaik kita. Saya cukup yakin dengan hal itu, karena sepanjang pengalaman saya berbisnis dan mempunyai anak, mereka cukup mengerti. Produk saya bukan yang terbaik, masih banyak produk competitor yang lebih menarik. Namun saya memberikan produk dan layanan yang terbaik dengan hati dan ketulusan. Dan konsumen kembali.

Betul juga kata orang tua kita terdahulu, banyak anak banyak rejeki. Kita sering kali tertawa mendengar pepatah tua ini. Coba kita aplikasikan dengan Semakin banyak anak, semakin jago pula kita bernegosiasi. Dengan banyaknya anak, kita akan belajar benegosiasi deng berbagai karakter , sifat dan Keinginan. Nah kalau kita jago bernegosiasi, bukankah ini sudah menjadi modal yang bagus untuk berbisnis ?

Selamat beraktivitas, Selamat berbisnis, Selamat bernegosiasi dengan anak anda untuk mengasah kemampuan negosiasi anda.

Matur nuwun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *