oleh Harmanto Haroen pada 30 Januari 2011 jam 7:21
Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yangsedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapakyang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yangberwarni- warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbarisitu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Makaia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannyasupaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak di depannya . Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam taskarungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen- permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbangbertuliskan “Selamat Jalan”. Itulah batas akhir lembah permen lolipop.
Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, “Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop?
Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk?
Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga?
Itu juga sangat lezat.”
Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.
Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat danmembawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya.Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, “Permennya saya lupa makan!”
Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
“Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya.” “Kenapa kamu memanggil saya?”tanya Bob.
“Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali! ”
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. “Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permenyang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-halyang lucu.
“Kami tertawa bersama.” Bib menambahkan.
Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkanpermen- permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktuuntuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen ituke dalam tas karungnya.
Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan iabergumam kepada dirinya sendiri, “Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya denganberbagi dan berbahagia.”
Ia pun berkata dalam hati, “Waktu tidak bisa diputar kembali.”
Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkankembali perjalanannya.
Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob dilembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untukmenikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya merekamenjawab, “Saya akan bahagia nanti… nanti pada waktu saya sudahmenikah. .. nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri… nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya…. nanti pada saat saya telah meraih semua impiansaya.. . nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar…
Pemikiran ‘nanti’ itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ‘sekarang’.
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa’nanti’ bahagia.
Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankanbegitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ‘nanti’ bahagia. Ritme kehidupankita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa ‘nanti’bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat…
target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuatsemua target itu… tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;memelanka n ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiapgerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkanmenyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detilkehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.
Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.