Guyon kere

4-5 hari yang lalu, dikantor saya kedatangan salah seorang sahabat yang cukup lama tidak ketemu. Terakhir ketemu sekitar 1-2 tahun yang lalu, sahabat saya yang satu ini cukup sukses. Menangani bisnis dengan perputaran uang yang cukup besar (M-M-an), mempunyai beberapa anak buah, menyewa sebuah kantor yang cukup luas dsb. Kebetulan saat itu saya sempet diajak makan mengendarai mobilnya yang baru yang dibeli secara Cash. Cash lho boss !!! kalau saya motor aja masih kredit J.

Kedatangan sahabat saya ini, untuk minta tolong karena sedang dalam posisi “jatuh”. Baru pulang dari Jakarta, sahabat saya menetapkan hati untuk menetap di Semarang. Untuk “menemani 2 buah hatinya (anaknya)”, istilah populernya orang Jawa “mangan ora mangan kumpul”. Setelah “tiba ngringkel” sahabat saya ini mendapat pelajaran bahwa harta ternyata tidak membahagiakan. Hal yang membahagiakan adalah ketika pulang kerumah disambut senyum tawa keluarga kita tercinta. Dan beliau ini tidak khawatir akan rejeki, karena Allah telah menjamin rejeki masing-masing orang. Bukankah janji Allah itu pasti ?

Subhanallah,  terus terang saya tidak mengira perkataan ini akan meluncur dari sahabat saya yang satu ini. Kami sudah paham jeroan masing-masing, sama-sama sudah merasakan pahitnya hidup, mencium aspal jalanan. Setelah hampir 1 jam mendengar dan menyimak hidup dan pekerjaan yang ditekuninya barulah saya berani sedikit memberikan masukan dengan hati-hati. Untuk bangkit kembali dengan sisa tenaga yang tersimpan. Kembali berdiri dengan sekujur luka ditubuh.

Dan kemudian apa yang bisa aku bantu wahai saudaraku? Pekerjaan ? saya yang bingung nge-gajinya. Aku akan berikan telingaku untuk mendengar, aku akan berikan tanganku untuk merangkul. Apalagi saudaraku ?

Sahabat saya yang satu ini sebenarnya cerdas dan sangat kuat. Dia bahkan tahu bahwa penyebab kejatuhannya dikarenakan kehilangan telinga yang mendengar dan kehilangan mulut yang selalu mengingatkan. Disaat kita berada dipuncak, setiap orang hanya ingin mendengar proses, tips, nasehat dan sebagainya tentang kesuksesan kita. Atau bahkan bagaimana jeglongan-jeglongan (lubang-lubang) yang menimpa agar tidak dilalui orang lain (dan dirinya sendiri). Tidak ada yang tulus mendengar bagaimana cerianya anak-anak kita, bagaimana cerewetnya istri-istri kita yang selalu mengingatkan. Everything not just a bussines boss ! sometime….All we need just talk !!! Ngobrol Goblog, guyon parikena.

Berbicara dan mendengar hal-hal yang nggak penting, sedikit disisipi pisuhan-pisuhan (makian). Guyon Kere ala Sego Kucing !!! Disinilah kita berekreasi dengan otak kita yang sehari-hari dipenuhi angka-angka dan prasangka-prasangka. Berkumpul dengan teman-teman dan sahabat-sahabat kita yang memang mau mendengar dan berbicara dengan kita tanpa mempunyai kepentingan tertentu (bisnis), tanpa melihat siapa kita. Merehatkan sejenak pikiran kita agar ketika kembali ke rutinitas bisnis kita dapat melihat dan menganalisa dengan lebih baik.

Sahabat saya yang satu ini juga meminta secara khusus kepada saya agar bersedia mengingatkan jika ada hal-hal yang mungkin sudah mendekati hampir keluar batas. Karena ketika kita berada dipuncak seringkali bukan Cuma tidak mau mendengar orang lain, namun orang juga takut mengingatkan kesalahan kita. Kadang bukan cuma takut boss, kadang ego kita lebih menonjol, yakni cari selamat sendiri alias tidak enakan. Begitu teman sadar telah berbuat atau mengambil keptusan salah, bilangnya “Nah apa gua bilang?” (hahaha, perasaan nggak ngomong apa-apa).

Dear my friend, Sahabat saya ini, sepertinya  datang minta tolong. Tapi dimata saya dia adalah Malaikat yang diutus Allah untuk menolong saya, untuk mengingatkan saya. Dia yang membantu saya boss, bukan sebaliknya ! Thanks Gods….Thanks My Friend.

2 thoughts on “Guyon kere

  1. 'nobee' Setyadi Eko Cahyono

    Wejangan yang bagus Mas.
    Waktu kita jatuh, tampaknya tiada kawan yang setia memberikan telinganya, atau mungkin kita sendiri yang takut untuk sekedar guyon maton, karena dikira mengharapkan iba dan bantuan.
    Saat kita dibawah, serasa semua link network yang kita himpun, bercerai melesat meninggalkan kita.
    Sekali lagi thanks wejangannya.

    1. Fori Suwargono

      Sama-sama mas, sebenarnya sahabat saya ini yang membangunkan dan memberi masukan saya. Sahabat tanpa kepentingan bisnis…jauh lebih bagus…bahkan mungkin lebih dekat dari saudara. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersaudara ya mas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *