Silaturahmi ke guru dan mentor. Journey to the West (Part 2)

Sehari sebelum keberangkatan ke Tangerang untuk mengikuti KMM TDA, saya sudah mengontak Mas Wahyu Anjar ( Salah satu Guru dan Mentor saya) untuk mengetahui keberadaan Mas Wahyu. Ternyata beliau berada di Jakarta dan menginap di Klinik Mahkota Dewa Indonesia, tempat Bp. Harmanto ( Guru bisnis saya juga ) di Rawa Badak Jakarta Utara. Wah kesempatan untuk bertemu karena sekian lama saya tidak bertemu guru-guru saya. Mesti segera mengosongkan gelas pikiran saya untuk menerima berbagai aliran ilmu lagi.

Berangkat dengan semangat ’45, untuk segera menuntaskan kerinduan akan dahaga pengetahuan.Apa yang terjadi ? kami ( Mas Djoko Teguh, Mas Eko “Nobee” Temanggung dan saya) terjebak di kemacetan Rimba beton Jakarta. Dan ilmu Kamso (Kampung tur Ndeso) kami menjebak kami dalam lingkaran lalu lintas pada (benar-benar lingkaran karena melalui jalan yang sama berulang kali J, sudah macet tersesat pula J ). Ketika waktu sudah sore kami memutuskan untuk putar arah balik ke Tangerang menjemput teman-teman yang telah selesai menimba ilmu KMM (ditunggu sharingnya). Dijalan kami hanya menertawakan ketololan diri sendiri dan kagum dengan para “Pejuang” di Jakarta yang setiap hari mengalami kemacetan Lalu Lintas setiap hari, Allah menyertaimu.

Selesai makan malam bareng dengan rombongan TDA Semarang di BSD Junction, sekitar pukul 19.30 kami berdelapan ( Mas Zaky, mas Agus, mas Joko, mas Eko, Pak de Khamim, mbak Binta, mas Imam dan saya ) segera bergegas, kembali menuju (lebih tepatnya mencari) Klinik Mahkota Dewa di Rawa Badak, Jakarta Utara. Memutuskan untuk melalui jalan tol dengan asumsi lebih mudah setelah berkonsultasi kesana kemari disertai google map, ternyata tetap tidak semudah yang dibayangkan. Pintu tol yang seharusnya kami lalui untuk keluar berada di sisi lain jalan, sehingga kami harus memutar dan terjebak di kemacetan lagi. Perjuangan !! kata Bang Haji Rhoma. Akhirnya pukul 22.30 WIB kami tiba di Klinik Mahkota Dewa Indonesia, disambut oleh Pak Har dan Mas Wahyu, serta Oma Ning yang baru datang dari Solo.

Di Klinik Mahkota Dewa masih ada 3 temen dari TDA Jakarta Utara yang juga sedang sharing. Sebagai tuan rumah, Oma Ning dan Pak Har mempersilahkan para tamunya untuk saling memperkenalkan diri dan memperkenalkan bisnisnya. Kemudian kami semua sepakat untuk mendapatkan sharing pengalaman Oma Ning selama di Solo.

Berada di Solo dalam rangka Pelatihan Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Diknas, Oma Ning menceriterakan peluang untuk membantu Pemerintah Indonesia melalui Diknas dengan menyebarkan berbagai macam pengetahuan yang melekat dalam diri kita. Oma Ning percaya bahwa temen-temen TDA banyak yang mempunyai ide-ide atau gagasan, dan yang paling penting mampu merealisasikan ide tersebut untuk membantu Masyarakat. Selamatkanlah uang Negara (demikian beliau berpesan) dengan memberdayakan masyarakat untuk berwirausaha. Dengan menolong orang lain, sebenarnya kita telah menolong diri sendiri. Oma Ning serta Pak Har sendiri selama ini secara rutin mengajarkan kewirausahaan kepada anak-anak jalanan di Jakarta. Berikan sebuah solusi/jalan kepada Pemerintah untuk membantu rakyat dengan Proposal kewirausahaan yang nyata. Dengan berwirausaha secara tidak langsung telah membantu pemerintah Indonesia dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.

Dengan disuguhi Teh Hijau yang berharga mahal, 1 ons teh bisa mencapai harga jutaan rupiah. Pak Har bercerita tentang pentingnya mempelajari jalur distribusi. Karena Mata Rantai distribusi inilah yang memegang peranan produk kita sampai di konsumen secara baik. Dan dalam minggu yang sama, Mahkota Dewa akan bekerjasama dengan pihak lain di Semarang yang mempunyai pengalaman yang baik di distribusi obat-obatan. Sebuah langkah yang strategis untuk mengembangkan produk kita secara cepat, jika kita tidak bisa mengetahui suatu ilmu/pengetahuan, bekerjasamalah ( bisa berupa mitra atau hire sebagai karyawan )dengan orang yang menguasainya, pastikan dia yang terbaik dibidangnya. Pak Har juga menekankan pentingnya inovasi produk untuk menjaga pasar. Inovasi tidak perlu yang frontal atau berbeda sama sekali, sedikit modifikasi juga sudah cukup.

Alhamdulillah, guru-guru dan mentor saya banyak memberi wejangan. Saatnya Action.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *