Pengelolaan keuangan bagi UKM. Journey to the West (Part 3)

Rasa capek, lelah, letih menyelimuti kami sepulang dari Tangerang mengikuti KMM TDA Pusat. Sayang sekali saya harus mengubur keinginan bertemu dengan Bp. Sukardi (Majalah Marketing), boss sekaligus guru dan sahabat saya. Yang mengajarkan banyak hal kepada saya, mengajarkan bagaimana mengelola Managerial SDM, mengelola ekspektasi (harapan) orang, bernegosiasi maupun marketing.. Juga belum bisa ketemu sahabat saya Mas Djunaidi Baharudin, untuk silaturahmi dan sharing. Namun saya yakin, dalam waktu dekat saya akan bertemu lagi.

Perjalanan pulang ke Semarang diselingi dengan mengantar Mbak Binta ke Brebes sekaligus mampir ngaso ( minta makan sama dipijitin kursi pijat J ) melepas penat (ngantuk lebih tepatnya). Tidak disangka tidak diduga, kami mendapat ilmu baru dari Ayahanda beliau, Bapak Kuswandi. Seorang mantan PNS yang resign dan berwirausaha di perdagangan kayu. Beliau sangat bersyukur sekali anaknya bisa bergabung dengan temen-temen TDA Semarang, karena beliau melihat TDA sebagai komunitas yang benar-benar memberikan kontribusi yang nyata bagi para wirausahawan, terutama di tingkat UKM. Dimana para anggota TDA tidak ada yang merasa sayang untuk menularkan ilmunya, bahkan berkolaborasi dan saling menguatkan.

Sebagai pengusaha apalagi ditingkat awal atau masih tingkat UKM, pengelolaan keuangan sangatlah penting, pembukuan keuangan sangatlah penting namun sering diabaikan. Dengan mengetahui cashflow yang benar dapat membantu kita mempebaiki kinerja maupun mengembangkan usaha. Dengan adanya rincian keuangan yang jelas, membuat usaha kita lebih “Bankable”. Kenapa harus “Bankable” ? Walaupun kita tidak menginginkan pinjaman dari Bank, dengan status bankable tadi kita mampu menarik investor dan mitra bisnis untuk lebih meningkatkan kerjasama. Bapak Kuswandi sendiri tidak meminjam dari Bank, namun beliau tahu bahwa dengan pengelolaan keuangan yang jelas, beliau dapat mengetahui kondisi riil usahanya, dapat mengembangkan dan memproyeksikan masa depan usahanya. Selain itu juga merupakan “tanggung jawab’ kita terhadap Stakeholder. Pengelolaan keuangan harus “Jujur”, karena seringkali perusahaan yang sepertinya untung besar di pembukuan, mati secara ,mendadak karena tidak jujur dalam laporan keuangan. Pengelolaan keuangan tidak perlu ribet-ribet, laporan pendapatan dan pengeluaran setiap hari, minggu atau bulan sudah cukup.

Menyinggung sedikit masalah tanggung jawab terhadap stakeholder (investor, karyawan, mitra, dan pelanggan), Bapak Kuswandi menjelaskan bahwa Bank pun bisa dianggap sebagai Investor kita sehingga perlu “disenangkan”. Yakni dengan membayar angsuran atau laba dengan tepat waktu. Kalau perlu kita berpuasa agar pembayaran yang sudah jatuh tempo dapat terbayar dengan baik. Jangan sampai hutang bank tidak terbayar atau laba yang seharusnya dibagi tidak tersalurkan, namun kita sebagai pengelola tidak merasa itu sebagai sebuah hal yang “Urgent” sehingga kita mengabaikannya. Jadi ingat ilmu yang didapat dari Bp. H. Hasan Toha, pemilik Toha Putra Semarang, beliau mengatakan seringkali (banyak) pengusaha yang Jujur namun tidak amanah, ini salah satu yang menghalangi pintu rezeki menurut beliau. Sebagai contoh Jujur tapi tidak amanah : membelanjakan uang perusahaan untuk kepentingan lain (suatu misal membeli mobil dengan memakai uang SHU atau Sisa Hasil Usaha ataupun uang lainnya di perusahaan, walaupun nantinya itu dilaporkan dan sah, tetap saja tidak amanah).

Istiqomah dalam amanah memang suatu hal yang wajib, amanah bisa datang dari Allah, Stakeholder dan diri sendiri. Amanah ini adalah disiplin diri untuk tidak melakukan hal lain yang tidak seharusnya. Jika anda bisa jujur dan memegang amanah, anda setidaknya telah mengantongi 2 dari 4 sifat Nabi Muhammad dalam berdagang.

Bapak Kuswandi juga bercerita tentang “keuntungan”. Bahwa keuntungan bisa didapat ketika kita membeli, bukan hanya keuntungan penjualan. Keuntungan pada saat membeli didapat jika kita bisa mendapatkan supplier yang memberikan harga dibawah yang selama ini kita dapat. Sebagai contoh beliau menerangkan baru-baru ini (sekitar 1-2 bulan yang lampau) beliau berjalan-jalan ke Jawa Timur (inilah enaknya jadi pengusaha, kerja dianggap jalan-jalan atau bisa jalan-jalan sambil kerja) untuk mencari tambahan pasokan kayu (supplier). Yang mengagetkan, di daerah tersebut harga kayu jauh lebih murah, sehingga setelah berhitung bapak kuswandi memutuskan untuk bekerjasama dengan supplier dari Jawa Timur tersebut. Inilah yang disebut keuntungan pada saat membeli.

Sungguh karunia yang besar bisa mendapat ilmu dari beliau, juga menjadikan kewajiban saya untuk menyampaikan kepada yang lain. Kilometer jalan masih dibilangan ratusan km, sehingga kami harus berpamitan. Terima kasih Ya Rabbana Ya Aziiz Ya Rahman Ya Rahiim atas semua karunia yang Kau limpahkan pada kami.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *