Pasar Semawis

Mengikuti kelas inkubasi Bisnis yang diadakan oleh TDA Semarang hari sabtu ini serasa berbeda. Melihat teman-teman berkomitmen tinggi untuk hadir saja sudah sangat menggairahkan apalagi melihat mereka dengan tekun menyimak ilmu yang diberikan coach TDA, Mr. Tulus Guritno.

Beberapa teman diberi kesempatan oleh Mr.Tulus untuk maju kedepan dan memaparkan rencana-rencana usaha atau bisnis mereka. Dari berbagai macam usaha yang di paparkan temen-temen TDA saya tertarik dengan pernyataan salah satu teman yang menyatakan bahwa pasar atau konsumen Semarang itu sulit, berbeda sekali dengan kota lainnya. Pernyataan yang sama pernah saya dapatkan dari seorang teman yang baru saja dipindah ke kota Semarang,kebetulan bisnisnya hiburan. Di kota asalnya, asal ada konser musik pasti laku dijual sementara di semarang konsumen maunya yang gratisan melulu. Hehehe, saya sebagai orang asli semarang hanya nyengir aja mendengarnya.

Saya hanya ingin mengupas dari segi usaha bukan yang lainnya. Jika seseorang mau melakukan sebuah usaha atau pekerjaan, saya sangat sarankan untuk melakukan sebuah riset kecil-kecilan (mungkin bisa dengan cara mengamati) mengenai segmen atau pasar yang akan dituju, baik itu karakteristik, barang yang dibutuhkan dan yang lainnya. Setelah itu buatlah planning yang sesuai dengan kondisi yang telah teramati dan segera laksanakan. Dengan segera melaksanakan pekerjaan akan ditemui hambatan-hambatan dan masalah baru yang meminta segera ditemukan jalan keluarnya. Carilah solusinya ! jangan fokus pada masalahnya. Saya yakin anda semua mampu melaksanakannya.

Dengan semua hambatan tadi, anda harus berusaha untuk survive. Menurut Bp. Rusman Hakim trainer Gacerindo, “Menjadi pengusaha harus tahu 2 hal yaitu survive dan Grow”. Survive itu hukumnya wajib dan grow hukumnya sunnah. Setelah anda mampu survive terhadap masalah, anda akan mendapati usaha anda akan berkembang.

Di pasar atau konsumen Semarang yang sulit ini (saya menyebutnya “Smart Consumer”) anda harus pandai menyesuaikan diri. Jika anda tidak mencari solusinya, bagi saya itu cuma keluhan dan keluhan tidak mampu membuat bisnis anda berkembang. Pelaku bisnis yang berada dikota lain juga sering mengeluhkan hal yang menurut saya sama. Contohnya : Orang Solo mengatakan bahwa usaha di Solo susah karena terjepit 2 kota besar yakni Semarang dan Yogya. Yang di yogya ngomong kalo di Yogya susah karena kota seni dan pelajar, beda dengan Semarang dan Solo. Wah, ya kapan selesainya kalau begini.

Kalau dibilang pasar hiburan disemarang susah dan maunya gratisan melulu, saya jadi bingung dengan banyak munculnya Bisnis Karaoke dan Cafe Musik. Bukankah itu berbayar dan harganya tidak murah? Kesimpulan saya mungkin bisnis hiburan di semarang itu harus “dikemas” dengan cara yang berbeda.

“Kemasan” produk anda sangatlah penting, harus anda sesuaikan dengan karakteristik segmen pasar anda. Ada pepatah Minang yang saya dapat waktu SD yakni “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”. Dalam artian jangan paksakan produk anda masuk dalam pasar yang tidak menginginkannya. Sesuaikanlah produk anda dengan tempat pasar anda. Jika memang pasar semarang sulit, sikapilah sebagai tantangan, jika anda berhasil bukankah usaha anda akan mudah berkembang di tempat lain?

Akhirul salam, tanpa bermaksud menggurui karena saya juga baru belajar bisnis, selamat berjuang semoga kita bisa berkembang bersama dan bersama menebar rahmat.

Matur nuwun

Fori Suwargono

024-70242779

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *