Kita sama berdosanya

Walaupun sudah menghindari tidak membaca koran dan melihat TV, tetap saja melihat headline berita di beberapa situs saat blogwalking maupun saat cari bahan artikel dll. Berapa berita memang menarik perhatian sehingga terkadang “terpaksa” membaca. Melihat bersliwerannya berita-berita negatif di media massa membuat hati ini bertanya-tanya. Apakah sudah sedemikian rusak negeri ini ? Apakah sudah sedemikian parah sehingga banyak orang yang apatis terhadap masa depan?

Saya jadi teringat petuah ustadz Syafii (salah satu guru ngaji saya) untuk tidak berputus asa terhadap pertolongan Allah SWT. Jika kita tidak menemukan apa yang kita cari, berusahalah untuk membuatnya. Jika kita memang merasa tidak ada atau sangat sedikit penegak hukum yang adil, maka ciptakanlah Polisi-polisi, Hakim-hakim, Jaksa-jaksa dan pengacara-pengacara yang baik yang selalu kita awasi dan nasehati dengan baik. Jika kita memang merasa tidak ada pemimpin yang amanah, ciptakanlah, didiklah anak-anakmu, saudara-saudaramu, tetanggamu, temanmu untuk menjadi pemimpin yang Jujur dan Amanah. Jangan Cuma mengeluh susahnya cari pekerjaan, ciptakanlah pekerjaan! Semoga Allah menitipkan rizky Nya melalui kita !!

Karena jika suatu kaum telah rusak moralnya sedangkan kita berdiam diri, kita sama berdosanya !!!
Manakah yang lebih buruk ?
Orang yang mencuri ? Atau orang yang membuat dan menerapkan sistem lemah yang membuat orang jadi pencuri ?
Manakah yang lebih berdosa ?
Orang yang berzina ? Atau orang yang melokalisasikannya ? Atau media massa yang setiap hari menayangkan aurat ?
Orang yang menyuap ? atau yang disuap ? atau yang menyaksikan namun diam ?
Mana yang lebih munafik ?
Orang yang berkhianat ? atau yang menyuruh khianat ?
Manakah yang lebih menyesal ?
Orang yang memakan Riba (yang mungkin karena terpaksa)? Atau orang yang menyuruh meninggalkan riba, sedangkan dirinya sendiri menumpuk kekayaan tanpa mau membantu saudaranya secara nyata (termasuk keuangan dll)?

Kita sering menghujat tentang kejujuran yang terasa langka, sudahkah kita jujur dan mengajak yang lain ? Tidak pernah ada kebohongan demi kebaikan !!!
Kita menyudutkan pemimpin yang tidak membela rakyat kecil seperti kasus-kasus TKI dll, biarkanlah saja pemimpin-pemimpin itu mengumpulkan bahan bakar api nerakanya. Tapi apakah kita menyediakan lapangan pekerjaan agar para perempuan saudara kita itu tidak perlu keluar negeri tanpa muhrimnya ? 1 lapangan kerja saja mungkin cukup.

Mari kita mulai dari yang terkecil, dari diri kita sendiri untuk selalu menyediakan bahu untuk saudara kita yang menangis.

kita sama berdosanya……… kita sama berdosanya…………
Astaghfirullah….Astaghfirullah….Astaghfirullah….Astaghfirullah

3 thoughts on “Kita sama berdosanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *