Siang itu hujan mengguyur kota Semarang dengan cukup deras,Alhamdulillah saya orang yang cukup beruntung berangkat pengajian di Mesjid Asy Syifa RS Dr. Karyadi bersama Ustadz Anwar Jufri L.c dari Bawen, Kabupaten Semarang.
Tema siang ini cukup banyak sehingga nanti akan saya bagi menjadi 2 tulisan, salah satu tulisan mengenai Abdurrahman bin Auf ra. Semua tahu beliau adalah pedagang yang masyur, cukup banyak kisah tentang beliau yang saya dengar, namun siang itu saya mendapat informasi berharga, bagaimana Abdurrahman bin Auf ra. menghasilkan uang dengan berdagang.
Seperti layaknya para muhajirin lainnya yang meninggalkan kota Mekkah, Abdurrahman bin Auf di samping meninggalkan kota kelahirannya Mekkah juga meninggalkan seluruh harta yang dimilikinya sehingga setibanya di Madinah beliau tidak memiliki apapun harta dan bahkan beliau tidak memiliki isteri. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi s.a.w.) dengan Sa’ad bin al-Rabi’ al-Ansari tatkala tiba di Madinah.
Lalu Sa’ad berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah/ dan saya juga mempunya dua orang isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa mentalaknya untukmu. Abdurrahman menjawab semoga Allah memberkatimu pada hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu.
Nah biasanya ceritanya cuma cukup disini atau menggambarkan akhir bahwa beliau berhasil menjadi pedagang yang disegani lagi. Saya akan coba tulis ulang apa yang di ceritakan oleh Ustadz Anwar Jufri.
Saat itu Abdurrahman bin Auf bergegas ke pasar dan menanyai para pengunjung tentang kebutuhan mereka datang ke pasar, semacam riset pasar kalo istilah jaman sekarang. Setelah cukup lama, hari itu juga Abdurrahman bin Auf tahu bahwa kebutuhan pasar yang tidak tercukupi saat itu adalah Unta. Hari itu juga Abdurrahman bin Auf mencari tahu siapa saja pemilik Unta di Madinah yang bersedia menjual Untanya. Istilahnya cari Suplier 😀 . Dan beliau bernegosiasi untuk menjualkan unta-unta mereka, Dan para pemilik unta setuju untuk memberikan kesempatan pada Abdurrahman bin Auf untuk menjualkan unta-unta mereka.
Esok harinya, Abdurrahman bin Auf mulai berdagang dengan menjualkan unta. Yang menarik adalah Harga Unta yang dijual tidak lebih dari harga yang ditetapkan oleh Pemilik Unta. Jadi dalam hal ini Abdurrahman bin Auf tidak mendapatkan keuntungan sepersenpun dari penjualan Unta. Loh ????? dapet duit dari mana ?
Ternyata Abdurrahman bin Auf, hari sebelumnya sudah membuat tali tambang dari pelepah kurma yang terbuang. Beliau mewajibkan para pembeli untanya untuk membeli tambang dari beliau sehingga hari itu beliau mendapatkan keuntungan dari penjualan tali tambang untuk membawa unta-unta yang beliau jual. Tali tambang yang beliau bikin dengan tangannya sendiri dari bahan yang terbuang (seperti menyulap sampah menjadi duit).
Dan setelah hari itu Nama Abdurrahman bin Auf kondang sebagai pedagang Unta, semua orang yang ke Madinah mencari/membeli Unta pasti menghubungi beliau. Dan semua pedagang ataupun pemilik Unta yang ingin menjual juga mendatangi beliau untuk dijualkan. Luar biasa, hanya dalam waktu singkat beliau mampu membuat personal branding yang luar biasa.
Dan beberapa saat kemudian beliau mampu meminang seorang wanita dengan mas kawin emas sebesar biji kurma. Dan beberapa waktu setelahnya harta kekayaan Abdurrahman bin Auf kembali menjadi seperti sediakala saat beliau sebelum Hijrah.
Selain itu Abdurrahman bin Auf juga tahu bahwa pasar yang digunakan oleh pedagang adalah tanah milik Saudagar Yahudi yang disewakan dengan biaya yang cukup tinggi.
Kreativitas Abdurrahman pun muncul. Ia minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya (dari keuntungan). Para pedagang gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional/sewa. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasul yang paling berada.
Nah lo… masih ngeles ogah bisnis karena nggak punya modal ?
Oh ya Abdurrahman bin Auf juga sangat terkenal dengan kedermawannya, Jadi jangan pelit kalo sudah sukses ya …Salam